kembang sepatu kembang terindah...

Friday, July 27, 2007

Keep learning

Ini kali pertama saya mengisi 'kembang sepatu' dengan Bahasa saya. Bukannya yang lalu-lalu sok berbahasa Inggris, tapi supaya temen-temen saya yang kebetulan nggak bisa berbahasa Indonesia juga bisa kebagian cerita saya. Tapi mungkin karena keterbatasan saya, dan sedang banyak yang ada di kepala dan pengen ditulis, jadinya saya tulis ini dalam bahasa Indonesia.

Hari ini saya ke satu sekolah di Bantul. Tentu saja dalam rangka pekerjaan jadi pembimbing atau mentor atau fasilitatorlah untuk mereka buat video diarynya. Kelompok yang sedang saya temenin hari ini ada 5 orang. Satu gank. Seharusnya mereka sudah harus menyelesaikan videonya sebulan yang lalu, tapi karna halangan ini itu, sampai hari ini belum selesai juga. Hari ini niat saya menyelesaikannya. Udah banyak rencana di kepala. Awal saya datang, semuanya lancar-lancar saja. Saya masih harus menunggu mereka selesai belajar satu jam lagi, baru bisa memulai edit dan sebagainya. Satu jam itu saya habiskan di warung belakang sekolah.

Jam 11.30 mereka pulang sekolah. Tiba-tiba, salah satu dari mereka datang ke saya dengan muka masam. Dia curhat bahwa dia mau keluar saja dari kelompoknya, karena sudah capek harus ngalah sama salah satu anggota ganknya itu. Saya coba dengerin ceritanya. Berusaha jadi kakak yang baik untuk dengerin dan kasih masukan, sekaligus kasih semangat. Tapi anak itu tetap ngambek, dan dia minta maaf sama saya, nggak bisa ikut proses editing dan mau pulang saja. Dia berjalan meninggalkan saya, dan mengabaikan panggilan saya dengan usaha merayu dia untuk nggak pulang.

Jadilah sekarang tinggal 4 orang. Nggak papa, pikir saya. Toh, satu hilang, masih ada yang lain. Taunya, yang datang cuman 3 orang. Ternyata, seorang lagi dari mereka solider dengan anak yang pulang tadi. Jadi, sama-sama ikut pulang.
3 anak tetap mau menyelesaikan videonya. Hari ini agendanya mengisi narasi. Saya coba bimbing dan memberi masukan untuk mengisi narasi, supaya nyambung dengan alur cerita dan persediaan gambar yang ada. Tapi mereka sibuk membahas temannya yang pulang tadi. Saya sabar menunggu mereka. Setelah itu, mulailah mereka serius untuk menyusun kalimat untuk narasi. Dan mencoba merekam suara. Tapi baru 20 detik, anak yang mendapat tugas bernarasi udah nggak mood. Hilang semua kata-katanya. Ulang lagi. Nggak jadi lagi. Ulang lagi, nggak mood lagi. Ulang lagi, nggak jadi lagi. Terus begitu. Sampai saya tanyakan, ada apa sih?
Mulailah mereka curhat. Bahwa mereka maunya melakukan apa-apa berlima. Satu gank itu. Nggak mau jalan kalau salah satu nggak ada. Apalagi tadi ada kesalahpahaman. Jadinya mood 3 anak yang ada disitu jadinya drop. Waduh.....
Dengan berusaha sabar dan dewasa (;) saya bilang ke mereka, bahwa persahabatan itu penting. Tapi jangan sampai ketidakhadiran salah satu orang menghalangi gerak yang lainnya. Atau menghambat kegiatan yang seharusnya bisa dilakukan.
Dan barulah saya tahu, bahwa video mereka jadi lama karena kalau shooting harus berlima. Apa-apa berlima. Jadi kalau satu nggak ada, shooting nggak jalan. Aduh....

Cerita tadi cuma salah satu cara saya menggambarkan bahwa saya mungkin pernah di situasi seperti itu. Mungkin waktu saya SMA juga. Dan kejadian tadi siang ini, bener-bener menguji kesabaran saya. Sekolah ini jauh letaknya dari kantor saya. Jadwal pembuatan video mereka sudah lewat satu bulan. Target saya hari ini harus selesai. Tapi ya... harus sabar dengan kerikil-kerikil kecil 'persahabatan' tadi...... Tapi itulah, yang sedang saya hadapi remaja. Yang kadang-kadang jalan pikirannya sudah agak sulit masuk di kepala saya, tapi ya...saya juga pernah remaja kayak mereka.

Bener-bener belajar deh dari orang yang lebih muda. Dan uji kesabaran kita dari mereka.


Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Ini lemari baju seorang teman . Belajar hidup bisa dari tulisan yang terlihat.

Keep Learning,
Lila

2 Comments:

  • At July 27, 2007 at 6:56 AM , Anonymous Anonymous said...

    Nah, gitu dooong... pake bahasa Indonesia. Hehe...

    Di atas Anda menulis, bahwa Anda juga harus belajar dari anak se-usia SMA.

    Untuk SEKEDAR memahami remaja, saya setuju.

    Dan dari tulisan Anda, saya belajar lain lagi. Bahwa mungkin, istilah solidaritasisme hanya berlaku -- tok -- untuk anak-anak se-usia mereka. Mungkin lebih kepada "takut perpecahan". Karena apabila "perpecahan" terjadi...

    Naon siiiihhh....????

    yaaahhhh.... Semogaaaa....

    Ne, undang-undang gw ya kalo nikah.

    Amin.

     
  • At July 28, 2007 at 10:19 PM , Anonymous Anonymous said...

    It was okay for me, that you wrote it in bahasa indonesia. I think i understood the meaning of it.

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home