kembang sepatu kembang terindah...

Thursday, December 6, 2007

Bersepeda

Berita di koran soal kemacetan di Jakarta rasanya sudah bukan berita baru lagi. Sampai capek rasanya membaca berita yang sama hampir tiap hari. Belum lagi cerita teman-teman saya dari Jakarta. Dari yang sabar, pasrah...sampai yang jadi sering berantem sama suaminya karena stress di jalan. Kakak saya yang dokter gigi, tempat prakteknya hanya 3 KM dari rumah, sekarang harus berangkat kurang lebih 45 menit sebelumnya, karna dia nggak mau telat hanya karna macet.
Saya membaca koran lagi tanggal 22 November yang lalu. Ajakan bersepeda oleh SBY yang diadakan di Surabaya. Tujuannya sih.... untuk mensukseskan acara Konferensi Internasional Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Bali pada 3-14 Desember 2007.
Saya jadi ragu, apa iya ajakan ini bisa terealisasi? Atau hanya ikut-ikutan saja supaya kita dibilang negara yang peduli pada dampak perubahan iklim?
Pada berita itu juga disebutkan "Untuk memasyarakatkan penggunaan sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari warga Surabaya, tentu perlu upaya keras yang dilandasi niat dan semangat kuat bahwa bersepeda akan dapat meningkatkan kualitas udara yang dihirup warga kota. Ada sejumlah kendala berat yang secara tidak langsung menjadi tantangan. Misalnya, sinar matahari yang menyengat, suhu udara yang tinggi, serta polusi udara yang sangat mengancam kesehatan. Jarak tempuh perjalanan harian rata-rata warga kota yang cukup jauh menjadi salah satu kendala yang cukup sulit diatasi bila hanya menggunakan sepeda".
Saya lalu membaca lagi berita di koran tentang kebijakan baru di Perancis. Negara yang kemacetannya dikategorikan cukup tinggi dengan para supir yang tidak disiplin itu, mulai menerapkan sistem pemakaian sepeda untuk jarak yang tidak jauh. Pemerintah menerapkan sistem sewa gratis untuk 30 menit pertama, dan harga sewa seharga 1 Euro (sekitar 14.000 rupiah) untuk sewa/jam berikutnya. Dan sambutan masyarakatnya besar sekali.
Jangan melihat karena udara disana lebih segar. Atau udara disana lebih bersih.
Menurut saya, ini lebih kepada kemauan kita aja. Dan juga gaya hidup. Di Jogja, saya bisa naik sepeda kemana-mana, walaupun disini banyak teman saya yang asli Jogja tidak naik sepeda.
Tapi lingkungan disini membuat saya nyaman bersepeda. Dan tidak perlu repot mengomentari pertanyaan orang-orang disini, kok naik sepeda, kenapa naik sepeda....dll.....
Saya pikir, mungkin minat bersepeda di Jakarta bisa dibangun dari gaya hidup. Anak sekarang yang sudah biasa naik turun mobil ber AC atau naik motorpun, menganggap naik sepeda itu bukan menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta. Tapi sebenarnya, itu adalah awal yang positif lhooo....
Seorang teman saya di Bali punya inisiatif terhadap dirinya sendiri. Dia tidak mau bergantung dengan teknologi ataupun mesin. Jadinya dia mulai membiasakan naik sepeda kemana-mana... menutup nomor Handphonenya, dan belakangan dia mulai 'belajar' jalan kaki keman-mana. Semata untuk "melepaskan ketergantungan dengan gaya hidup yang sebenarnya kita ciptakan sendiri. Bisa apa kita kalau tiba-tiba Indonesia bangkrut?" , begitu argumennya dengan saya ketika saya bilang, kurang kerjaan deh....jalan kaki dari Denpasar ke Kuta?
Tapi ternyata benar juga ya teman saya itu. Coba semuanya di Jakarta, dari golongan yang bisa menjadikan bersepeda jadi gaya hidup memulai jadi pelopor. Pasti akan diikuti sama yang lain. Semisal gaya rambutlah, atau gaya berbicara. Mungkin bersepeda bisa jadi pilihan yang membebaskan orang Jakarta jadi stress karena macet. Dan jadi gaya hidup yang 'cool' dan 'keren'.
Mungkin jangan dimulai dari SBY.
Mungkin bisa dimulai dari Cinta Laura atau Tora Sudiro yang naik sepeda.......
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Boling,Kuts,Lila bersepeda